Kamis, 30 Juli 2009

BIOGRAFI

Tugas Biografi Sudibyanto

Sudibyanto, lahir tanggal 29 Januari 1946 di Solo, Jawa Tengah. Pendidikan: Tahun 1958 tamat SD, tahun 1962 tamat SMP, tahun 1966 tamat SMA, semuanya ditempuh di kota Sala.

Pengalaman kerja : Setelah menamatkan SMA-nya, Sudibyanto hijrah ke Jakarta. Ia mengambil kursus jurnalistik dan kemudian bekerja di suratkabar Kompas sebagai wartawan. Tapi profesi ini segera ditinggalkan, karna dirasa menghabiskan waktu dan energi. Akhirnya ia mencurahkan segala-galanya untuk organisasinya Study Group Drama Jakarta. Tahun 1968 ia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Bengkel Teater Yogya, pimpinan WS Rendra yang waktu itu baru saja kembali dari Amerika. Di sinilah ia menjalani latihan teater yang intensif, disiplin organisasi yang dewasa serta orientasi seni yang matang.

Tahun 1970 Sudibyanto kembali ke Jakarta. Kali ini bergabung dengan Arifin C. Noer dalam Teater Kecil di samping bekerja sebagai wartawan free-lance, menjadi instruktur drama di Gelanggang Remaja Jakarta Timur, dan melatih drama di beberapa sekolah.

Tahun 1972 ia mandiri dengan organisasi Sanggar Teater Jakarta yang dipimpinnya hingga tahun 1982. Ia telah mementaskan drama anak-anak berkali-kali di Direktorat Kesenian Dep. P dan K, Taman Ismail Marzuki, Gelanggang Remaja di seluruh Jakarta, Pasar Seni Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Bahkan ia beserta rombongan teaternya pernah melewat pula ke Bogor, Bandung, Yogya, dan beberapa kota lain di Jawa Barat.

Tahun 1973 dan 1974 ia meraih Medali Emas, Medali Perak, dan Medali Perunggu untuk grup teaternya, dalam bidang penyutradaraan, pemain dan artistik pada Festival Teater Remaja yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta.

Sejak masih di bangku SD, Sudibyanto sudah tertarik pada kesenian ketoprak, wayang orang, wayang kulit, tonil. Sewaktu berada di SMP selain ia hafal isi buku Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor, karangan Boleslavsky ia juga mulai mencoba-coba berakting bersama kawan-kawannya. Kemudian di SMA ia mengasuh teater SMA Negeri I, II, III, di Sala, di samping aktif di study ClubTeater Surakarta. Bahkan pernah pula mengadakan pentas keliling di kota-kota sekitar Sala.

Sekarang Sudibyanto tinggal di Yogyakarta bersama ibunya dan mendirikan Sanggar Teater Yogya dengan alamat : Sanggar Teater Yogya, Jl. Poncowinatan 32, Yogya. Ia menggarap proyek teater ank-anak, remaja, dan dewasa bersama Dewan Kesenian Yogyakrta.

Keahlian dan bakat yang Sudibyanto punya selalu di kembangkan melalui berbagai hal yang dapat ia lakukan agar dapat berkembangnya lebih jauh dan selalu menjadi pengalaman bersama teman-temannya waktu SMP. Ia suka mencari pekerjaan yang berhubungan dengan bakat dan keahliannya, karena dengan bakat dan keahliannya dalam teater ia dapat menjadi dirinya sendiri dan selalu percaya diri.

Keberaniannya dalam dunia teater, selalu ditunjukannya dalam kehidupan sehari-harinya. Orang dapat terkenal jika ia mau berusaha dengan tekun, rajin, ulet dan hal-hal yang positif yang dapat meningkatkan jabatannya. Sudibyanto selalu mencari pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan karakteristik yang ia punya, karena dengan begitu ia dapat menikmati pekerajaan dan merasa penting dalam pekerjaan tersebut. Kesuksesan itu berawal dari bawah dan baru keatas yang akan dinikmati selama hidup saja. Membaca merupakan kunci keberhasilan yang paling mantap dan asyik jika dinikmati.

Tugas Biografi Tuanku Imam Bonjol

Imam bonjol lahir pada tahun 1772, nama aslinya Muhammad Sahab. Bonjol adalah nama daerah dimana Muhammad Sahab melakukan dakwahnya dan digelari sebagai Imam. Lahir dari keluarga yang taat beragama. Leluhurnya berasal dari arab, keturunan Rasulullah Muhammad saw. Masa mudanya dipanggil Peto Syarif, kemudian dikenal dengan sebutan Tuanku Mudo, sebutan untuk para Ulama. Ibunya bernama Hamatun, kakeknya bermukim beberapa lama di Afrika utara.

Tuanku Imam Bonjol bernama asli Muhammad Sahab dilahirkan di (Bonjol, Pasaman 1772 - Pineleng, Minahasa, 6 November 1864) adalah pemimpin Perang Padri melawan Belanda. Ia salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia kelahiran Sumatra Barat. Bonjol adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Bonjol terkenal karena dilintasi oleh garis khatulistiwa (lintang 0°) dan juga merupakan tempat kelahiran pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.

Muhammad Sahab yang kemudian dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol, dilahirkan di Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, dalam tahun 1772. Setelah belajar agama ada beberapa orang ulama di Sumatra Barat, lalu menjadi guru agama di Tanjung Bunga. Sesudah itu mendirikan negeri Bonjol. Dari situ ia menyebarkan faham Paderi di Lembah Alahan Panjang akan sampai ke Tapanuli Selatan. Sebagai tokoh Paderi, ia cukup disegani. Imam Bonjol memiliki sebuah perpustakaan yang berisi kitab tafsir, hadis, tasawuf, fiqh, nahu, sharaf, mantiq dan ma’ani yang kesemuanya adalah tulisan tangan.

Dalam tahun 1821 Belanda dengan mendapatkan bantuan dari kaum adat mulai memerangi kaum Paderi untuk menguasai Sumatra Barat. Tuanku Imam Bonjol memimpin pasukan Paderi untuk menghadapi Belanda di daerah Padang Hilir. Karena serangan-serangan yang dilancarkan cukup kuat, Belanda terpaksa mengadakan Perjanjian Masang dalam tahun 1824 dan mengakui Tuanku Imam Bonjol sebagai penguasa daerah Alahan Panjang. Perjanjian itu kemudian dilanggar oleh Belanda dan perang berkobar kembali.

Setelah Perang Diponogoro tahun 1825 sampai 1830 berakhir, Belanda mengerahkan kekuatan yang besar untuk menaklukkan sekuruh daerah Sumatra Barat. Sebagian demi sebagian daerah tersebut jatuh ke tangan Belanda. Daerah yang dikuasai Tuanku Imam Bonjol bertambah sempit dan terkurung oleh daerah-daerah yang sudah dikuasai Belanda. Dalam bulan September 1832 Bonjol diduduki Belanda, tetapi tiga bulan kemudian direbut kembali. Gubenur Jenderal Van den Bosch dating ke Sumatra Barat untuk memimpin serangan terhadap Bonjol, tetapi serangan itu gagal. Sesudah itu Belanda mengumumkan Plakat Panjang yang berisi ajakan untuk berdamai. Tuanku Imam Bonjol curiga terhadap ajakan tersebut.

Dalam tahun 1834 Belanda mengerahkan pasukan yang besar. Negeri Bonjol dikepung dengan ketat. Kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, tetapi tetap tidak mau berdamai dengan Belanda. Pasukan bertambah kurang. Untuk merebut Bonjol, tiga kali Belanda mengganti panglima perangnya.

Barulah setelah lebih dari tiga tahun dikepung, negeri Bonjol jatuh ke tangan Belanda, yakni pada tanggal 16 Agustus 1837. Tuanku Imam Bonjol berhasil menyelamatkan diri dan melanjutkan perjuangan di tempat lain. Dalam bulan Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, dekat Manado. Di tempat terakhir itu beliau meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864 dan dimakamkan disana. Jadi, Imam Bonjol wafat dan dimakamkan di Lotak, Minahasa sewaktu dalam pengasingannya.

Adapun hal-hal yang menarik dari Tuanku Imam Bonjol sebagai suri teladan yang baik, yakni beliau orang yang tidak mudah putus asa, walaupun masalah sulit, dan beliau seorang yang sangat rajin dalam hal menulis sampai-sampai beliau memiliki perpustakaan yang hanya karya beliau sendiri dengan tulisannya sendiri, tekun, cerdik, dalam segala hal karena beliau selalu memperhitungkan untuk semua kejadian yang akan datang. Beliau merupakan keturunan Rasulullah Muhammad saw. Beliau sering dakwah di jalan Allah untuk umat muslim, dan beliau juga memiliki gelar imam. Keyakinan yang beliau pegang selalu teguh dan tak pernah roboh maupun hancur. Keuletan demi Negara Indonesia beliau pertaruhkan nyawanya, dan selalu meminta petunjuk kepada yang Maha Kuasa dan Maha Penyayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar