Kamis, 30 Juli 2009

Resensi

Makna Cinta Dalam Islam


Q2-bAwoKCk0AAFyrvSA1

Rounded Rectangle: JUDUL  : AYAT AYAT CINTA Penulis : Habiburrahman El Shirazy Penerbit  : Republika Tebal   : ix + 418 halaman Ukuran  : 20,5 x 13,5 cm Harga   : Rp. 40.000,00
JUDUL : AYAT AYAT CINTA

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit : Republika

Tebal : ix + 418 halaman
Ukuran : 20,5 x 13,5 cm
Harga : Rp. 40.000,0





Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 418 halaman yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda. Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa.

Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).

Mein Neim Ist Aisha
Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.


Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi. Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk jangan sok alim karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.

Maria, Gadis Koptik yang Aneh
Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang anak mereka - Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.

Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang
Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan. Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.




Kisah Seorang Istri

Judul : Catatan Tengah Malam

Penulis : Sinta Yudisia

Penerbit : Dar! Mizan,Bandung, Februari 2004

Tebal : 128 hlm

Novel yang berudul Catatan Tengah Malam, memiliki sifat yang unik. Dengan mengkaji berbagai pengalaman, mempertimbangkan kondisi sosial dan memberikan contoh. Salah hal inilah yang membuat karangan Sinta Yudisia terasa unik dan seru.

Novel ini mengkaji kisah yang menyentuh si pembaca, agar dapat merubah dirinya menjadi yang terbaik untuk semua orang. Mengingat pesan yang diberikan Mas terhadap Adik, setelah empat tahun menikah, hendaklah mengoreksi satu sama lain.

Suami tercinta selalu memiliki kelebihan dari Adik yang selalu merepotkan Mas. Tetapi Adik selalu bersabar menemani suaminya yang apa adanya untuk berjihad bersama mulai detik ini hingga akhir hayat nanti. Akhirnyanya, Adik teringat akan perkataan psikolog. “Harapan terhadap kualitas pasangan hidup itu wajar, bahkan saat awal menikah, impian itu bisa diwujudkan besama.”

Adik selalu dimanjakan oleh suaminya, saat berada di rumah. Karena Mas takut kalau istrinya mengalami keguguran. Padahal, wanita di Palestina selalu sibuk angkat senjata, tanpa peduli keadaan mereka. Berdasarkan keridhaan Allah sejalan daengan keridhaan suami. Entah berapa kali Allah memberi peringatan terhadap Adik saat menentang suaminya. Adik pernah tersiram air mendidih lantaran ngambek sama Mas. Sewaktu malam hari Adik memaksa Mas untuk jalan-jalan, dan akhirnya terpaksa Mas dan Adik menuntun sepeda motor berkilo-kilo, sebab bannya meletus tiba-tiba. Dan banyak hal, kesialan yang Adik rasankan saat menentang suaminya.

Keberuntungan Adik yang dapat suami yang baik dan sabar, sangat membantu Adik yang lemah. Mas yang makannya gampang, karena semua makanan Mas suka , kacuali pete, jengkol dan sejenisnya. Kalau Adik lagi malas masak biasanya Mas mencari makanan di warung.

Sikap Mas saat di luar rumah selalu menjaga pandangannya terhadap wanita lain. Adik kadang-kadang bermanja-manja terhadap suaminya karena Mas dapat masak sedikit-dikit. Akan tetapi, kasihan sekali suamiku, pada saat Adik sakit Mas yang mengurusi semua pekerjaan rumah. Padahal sudah berjihad di luar, tetapi dirumah pun tetap bekerja. Mas berbeda dengan suami lain, yang setelah menikah dapat gemuk, tetapi Mas tidak, karena telau sering bermain sepak bola.

Setahun lalu, Mas memberikan cerita tentang kecintaan-Nya kepada Allah dan Rasul-nya. Enam bulan lalu, Adik menemukan tulisan dengan tinta merah, tulisan suaminya.

Aku ingin mati muda….

Dengan tubuh hancur berkeping-keping

Supaya serpihan daging dan darah yang tercecer

Dapat bersaksi di hadapan Allah

Bahwa mereka berasal dari tubuh yang hina ini

Saat membacanya Adik sangat terharu.

Mas pamit kepada Adik untuk tugas dakwanya ke Gunung Kidul, dan minta doa dari Adik. Rasanya, adik ingin sekali mencegah Mas berangkat, tetapi mas berkata, “ Dik, Mas hanya memiliki semangat jiwa. Mas tidak punya harta dan kebanggaan lain yang bisa diandalkan. Mas ingin berjumpa Allah dengan keadaan yang tenang karena telah mempersembahkan semua yang Mas miliki. Senyum dong, Dik…”

Akhirnya adik tersenyum dan merelakan keberangkatan suaminya. Kemudian, menjelang tengah hari sejak keberangkatan Mas, Ummu Ahmad datang ke rumah, menyamapikan kabar bahwa suaminya yang bernama Akbar telah mengalami kecelakaa. Setelah itu, Adik langsung bergegas ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Sampai di depan pintu ruang ICU Adik langsung dipeluk oeh dua orang ummahat.

“Sabar, ya, Ummu Ahmad.”

Sejak dari rumah, jilbab Adik sudah terbasahi air mata. Ketika melihat Mas, Adik semakin meledak nangisnya. Innalillahi. Adik ciumi pipi Mas yang berbecak darah mongering.setelah itu Adikpun pingsan.

Waktu siuman, Adik sudah berada di rumah. Dan Sewaktu pemakaman, seorang teman Mas memberikan sobekan kerta yang ditemukan disaku celananya. Goresan tangan Mas Akbar tertera di kertas.

Bersenandulah wahai langit

Dengan senandung yang indah

Sambutlah ruhku yang melesat ke arahmu

Wahai malakiat penjaga pintu langit

Antarkan aku menemui Hamzah

Penghulu para syuhad

Dan pintaku….

Ya… Allah

Izinkan aku manatap wajah-Mu

Tangan adik bergetar dan tidak dapat menahan air mata. Tulisan-tulisan Mas sebuah jalan hidupnya yang menyertai syahidnya di diary.

Mengingat banyaknya istilah dalam bahasa arab yang dimuat ini,tetapi lebih mudah untuk dimengerti karena sudah sering dipergunakan, agar si pembaca memahami alur cerita. Selain itu, kita pun dapat menambah wawasan yang lebih bagus dan patut ditiru. Novel ini selalu mendapat respon dari pembaca ambil hikmanya. Dengan demikian, bukan novel dengan diksi yang baik dan seru, tetapi karya yang benar-benar menelurkan pemikiran baru, pembaca untuk terlibat berfikir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar